Minggu, 03 Juli 2011

CABANG - CABANG ILMU FILSAFAT


FILSAFAT ILMU

  EPISTEMOLOGI :
Ø  Sumber-sumber
Ø  Karakteristik
Ø  Sifat
Ø  Kebenaran ilmu pengetahuan
       Epistemology berasal dari bahasa Yunani :
Ø  Episteme :pengetahuan
Ø  Logos: pikiran, teori, atau ilmu
Epistimologi : Cabang Ilmu Filsafat Yang Membahas Tentang Sumber- Sumber, Karakteristik, sifat, dan kebenaran.
LOGIKA :
Ø  Asas
Ø  Aturan
Ø  Prosedur penalaran yang benar
        Logaika berasal dari :
  Bahasa Yunani (logikos: mengenai sesuatu yang diutarakan, bahasa, kata )
  Bahasa latin ( logos : perkataan/ sabda )
Bahasa arab ( mantiq : berkata atau berucap – ucap )
Jadi, Logika adalah suatu bidang pengetahuan yang membahas tentang asas, aturan- aturan, dan prosedur penalaran yang benar.
Pengertian Logika menurut beberapa tokoh ;
1.      Seorang peneliti bernama Irving M.Copi ( Drs. H Mundiri,2001, logika hal 2 )    menyatakan bahwa “ Logika adalah ilmu yang mempelajari metode dan hukum – hukum yang digunakan untuk membedakan penalaran yang betul dan penalaran yang salah “
2.      Menurut  Prof. Thaib Thahir A mu’in menjelaskan dengan “ Ilmu untuk menggerakan          pikiran kepada jalan yang lurus dalam memperoleh suatu kebenaran  “
3.      Ada juga definisi logika menurut  ( Soemaryono, dasar – dasar logika, hal 71 ) logika yaitu ilmu pengetahuan dan keterampilan untuk berfikir lurus
Jadi pertama – tama logika bergubungan dengan kegiatan berfikir, namun bukan sekedar berfikir sebagaimana merupakan kodrat rasional manusia itu sendiri, melainkan berfikir yang lurus, yang dimaksudkan disini adalah bahwa logika membahas jalan pikiran atas dasar patokan – patokan ataupun hukum – hukum pemikiran sehingga dapat menghindarkan kita dari kesalahan dan sesat berfikir.
Logika disebut ilmu pengetahuan, karena merupakan kumpulan pengetah )uan yang tersusun secara sistematik dan berdasarkan hukum – hukum atau asas -  asas yang harus ditaati supaya orang dapat berfikir dengan tepat, teratur, dan lurus.
  ETIKA
Etika sering juga disebut dengan,
Ø  Filsafat perilaku
Ø  Nilai
Ø  Filsafat moral
Ø  Membicarakan perilaku manusia dengan penekanan kepada hal-hal yang baik dan buruk.
Etika berasal dari dua bahasa, yaitu:
·         Bahasa inggris: ethics
·         Bahasa Yunani kuno, ethos atau ethikios: tempat tinggal yang biasa, padang rumput, kandang, kebiasaan, adat, akhlak, watak, perasaan, sikap, cara berpikir. Dari pemahaman lain, ethos di artikan sebagai sifat, watak, kebiasaan atau tempat yang biasa. Sedangkan kata ethikos berarti susila, keadaban, atau kelakuan dan perbuatan yang baik.
Pengertian etika yaitu,  Ilmu yang membahas tentang perilaku baik dan buruk manusia sejauh yang di pahami oleh fikiran manusia. Etika dijelaskan dalam kamus umum bahasa Indonesia yang lama, sebagai ilmu pengetahuan tentang asas- asas akhlak atau moral.
Adapun dalam kamus  besar bahasa inonesia ( 1988 ), etika dirumuskan dalam tiga arti, yaitu :
1.      Ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral (akhlak)
2.       Kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak.
3.      Nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat.
            TANGGUNG JAWAB MORAL KEILMUAN
Ilmu pada prinsipnya merupakan suatu untuk mengorganisasikan dan mensistemasikan suatu pengetahuan yang berasal dari pengalaman, pengamatan, dan pemikiran dengan menggunakan metode- metode cara berfikir yang benar.
Fungsi ilmu :
1.      Fungsi deskriptif ( menggambarkan, dan memaparkan suatu objek )
2.      Fungsi pengembangan
3.      Fungsi prediksi ( meramalkan tindakan yang akan terjadi )
4.      Fungsi kontrol ( mengendalikan peristiwa yang tidak diinginkan )
Ø  Komponen-komponen pembangunan ilmu
·         Fakta
·         Teori
·         Fenomena
·         Konsep
·         fakta atau realitas merupakan salah satu perangkat ilmu yang sangat kuat dan berharga. Realitas yang ada juga menggambarkan fenomena yang sebenarnya terjadi.
Ø  Etika keilmuan
·         Hubungan etika dengan ilmu
·         Problem etika ilmu
·         Ilmu dan moral, Moral berasal dari bahasa latin, yaitu : Mos, yang berarti adab atau cara hidup
Ø  etika mempunyai sifat yang sangat mendasar, yaitu sifat kritis. Etika mempersoalkan norma-norma yang di anggap berlaku,dan menyelidiki dasar-dasar norma tersebut

Kamis, 26 Mei 2011

pengertian filsafat

Berfilsafat adalah kegiatan berfikir pada diri maunsia, karena manusia terdiri dari fisik dan nonfisik, jika kedua unsur tersebut terpisah maka manusia tidak memiliki akal dan fikiran. agar dapat memiliki  nilai lebih ( hakekat ) maka manusia harus memiliki sumber daya kualitas yang tinggi ( human renaince manajement ), faktor- faktor yang mempengaruhi keberhasilan :
a. berawal dari alur berfikir yang benar
b. pengaruh psikologys
manusia memiliki beberapa kemampuan, diantarnya :
1. kemampuan kognitif, kemampuan seseorang untuk memahami ilmu pengetahuan
2. kemampuan afektif, bahwa manusia memiliki kecerdasaan, emosional, sebagai kecerdassan emosi diri dan oranglain atau untuk memotivasi diri sendiri.
bertanggung jawab adalah hakekat manusia. dengan berfilsafat kita akan memahami hakekat kebenaran yang mutlak dan haqiqi. kebenaran dibagi menjadi dua, yaitu
KEBENARAN AGAMA
agama adalah kebenaran adi kodrati yang bersumber dari luar diri manusia, bukan dari diri manusia ( mutlak )
agama sebagai sumber yang sempurna dari pemilik yang mahasempurna
kebenaran agama diterima berdasrkan kepercayaan
kebenaran agama bisa ditafsirkan tetapi tidak bisa menolak kebanarannya.
kebenaran agama bersifat apriori, yaitu kebenaran agama yang tidak membutuhkan penelitian atau tidak perlu diujikan, karena agama bersifat mutlak dan agama itu berasal dari Allah SWT.
KEBENARAN ILMU       .
 Hasil usaha manusia     
 Hasil pemikiran 
.Berubah-ubah dan berkemban.
Ilmu berawal dari dorongan ingin tahu  manusia yang sangat besar untuk tahu sesuatu yang menghasilkan “pengetahuan (knowladge)” yakni segala sesuatu yang di ketahui manusia demi kesadaran manusiawinya.

Ilmu di peroleh manusia melalui;
·      Pengalaman dalam kehidupan manusia
·      Proses berfikir analitis dan sintesis terhadap gejala-gejala sosial dan gejala-gejala alam

RENE DECRATES
“Cogito ergo sum: aku ada karena aku berfikir”

Berfikir adalah kegiatan mental yang prosesnya bersifat abstrak dan di lakukan dengan lambang-lambang abstraki  mengenai suatu obyek.
KEBENARAN FILSAFAT
Kebenaran kodrati karena merupakan hasil usaha manusia melalui proses berfikir secara mendasar untuk mencari hakikat, kebenaran tentang obyek yang dipikirkan. 
Kebenaran filsafat.  
1. kebenaran kodrati.
2. hasil usaha manusia / pemikiran manusia yang dilakukan dengan kesadaran
3.  Filsafat bersifat nisbi sebagai hasil berfikir  manusia untuk memenuhi keingintahuannya dalam mencari dan mengungkapkan kebenaran yang dapat berubah dan berkembang mengikuti perkembangan zaman. kebenaran filsafat yang bersifat nisbi, diperoleh dari : 
a. hasil uasaha manusia
b. melalui pemikiran
c. seslalu berkembang
KESIMPULAN KEBENARAN AGAMA DAN FILSAFAT
1. filsafat agama dalah hasil berfikir tentang ajaran agama secara mendalam dan mendasr tetapi bukan agama.
2.sumber kebenaran filsafat berasal dari hasil usaha yang tidak sempurna selalu mungkin keliru dalam mencari kebenaran yang mutlak
3. kebenran filsafat bersifat a posteriori, yaitu kebenaran yang membutuhkan penelitian melalui proses berfikir.
4. kebenaran filsafat bukan kebenaran sektoral, factual dan bukan pula kebenaran empiris. kebenaran filsafat benar hanya pada pikiran saja, bukan kebenaran ilmu yang benara karena bukti dan bukan pula kebenaran agma yang benar karena keimanan.
ilmu dan agama dapat menjadi objek berfikir para filusuf. ilmu berasal dari keingintahuan yang sangat besar untuk mengetahui. pengetahuan bersifat umum, tetap, dan pasti dalam kesehariannya.
PENGERTIAN FILSAFAT 
Filsafat berasal dari bahasa Yunani:  
a.Philosophia/philosophos berasal dari dua kata yaitu :  filo/philien/philos/ dan sophia/sophos.
b. Philo/philien berarti “cinta” dalam arti luas adalah “yang di ingini dan karena ingin maka berusaha untuk mencapai yang di inginkan itu”       
c.Shofia/shopos berarti “kebijakan, pengetahuan, hikmah yang bermakna “pandai/ tahu secara mendalam, fundamental dan bersifat hakiki”. Filsafat yang berarti “cinta kepada kebijaksanaan” adalah ingin tahu secara mendalam dan mendasar/ secara fundamental mengenai hakekat kebenaran sesuatu. Kebenaran filsafat  merupakan kebenaran kodrati karena merupakan hasil usaha manusia melalui proses perenungan, berfikir secara mendasar, mendalam mengenai sesuatu. Filsafat di lakukan manusia di dalam dan dengan kesadarannya yang tidak pernah berhenti berfikir untuk mencapai hakikat. Filsafat adalah berfikir tentang kesemestaan secara sadar untuk mengetahui segala sesuatu yang ada di jagad raya/ segala sesuatu yang di pikirkan. Dengan berfilsafat kita akan mempelajari tentang sesuatu dengan sungguh-sungguh tentang hakikat kebenaran. Filsafat mengatakan manusia untuk lebih jenih berbuat, bersikap dan mengambil keputusan. 
PEMBAGIAN ILMU FILSAFAT
1. metafisika
2. teodesia
3. kosmologo
4. antropologi
5. estetika
6. etika
7. logika
8.epistimologi
9. filsafat hukum
10. filsataf ekoneomi


Selasa, 26 April 2011

pengertian filsafat dari beberapa tokoh filosof

PENGERTIAN FILSAFAT
 
Robert Ackerman “philosophy of science in one aspect as a critique of current scientific opinions by comparison to proven past views, but such aphilosophy of science is clearly not a discipline autonomous of actual scientific paractice”. (Filsafat ilmu dalam suatu segi adalah suatu tinjauan kritis tentang pendapat-pendapat ilmiah dewasa ini dengan perbandingan terhadap kriteria-kriteria yang dikembangkan dari pendapat-pendapat demikian itu, tetapi filsafat ilmu jelas bukan suatu kemandirian cabang ilmu dari praktek ilmiah secara aktual.

* Lewis White Beck “Philosophy of science questions and evaluates the methods of scientific thinking and tries to determine the value and significance of scientific enterprise as a whole. (Filsafat ilmu membahas dan mengevaluasi metode-metode pemikiran ilmiah serta mencoba menemukan dan pentingnya upaya ilmiah sebagai suatu keseluruhan)

* A. Cornelius Benjamin “That philosopic disipline which is the systematic study of the nature of science, especially of its methods, its concepts and presuppositions, and its place in the general scheme of intellectual discipines. (Cabang pengetahuan filsafati yang merupakan telaah sistematis mengenai ilmu, khususnya metode-metodenya, konsep-konsepnya dan praanggapan-praanggapan, serta letaknya dalam kerangka umum cabang-cabang pengetahuan intelektual.)

* Michael V. Berry “The study of the inner logic if scientific theories, and the relations between experiment and theory, i.e. of scientific methods”. (Penelaahan tentang logika interen dari teori-teori ilmiah dan hubungan-hubungan antara percobaan dan teori, yakni tentang metode ilmiah.)

* May Brodbeck “Philosophy of science is the ethically and philosophically neutral analysis, description, and clarifications of science.” (Analisis yang netral secara etis dan filsafati, pelukisan dan penjelasan mengenai landasan – landasan ilmu.

* Peter Caws “Philosophy of science is a part of philosophy, which attempts to do for science what philosophy in general does for the whole of human experience. Philosophy does two sorts of thing: on the other hand, it constructs theories about man and the universe, and offers them as grounds for belief and action; on the other, it examines critically everything that may be offered as a ground for belief or action, including its own theories, with a view to the elimination of inconsistency and error.

(Filsafat ilmu merupakan suatu bagian filsafat, yang mencoba berbuat bagi ilmu apa yang filsafat seumumnya melakukan pada seluruh pengalaman manusia. Filsafat melakukan dua macam hal : di satu pihak, ini membangun teori-teori tentang manusia dan alam semesta, dan menyajikannya sebagai landasan-landasan bagi keyakinan dan tindakan; di lain pihak, filsafat memeriksa secara kritis segala hal yang dapat disajikan sebagai suatu landasan bagi keyakinan atau tindakan, termasuk teori-teorinya sendiri, dengan harapan pada penghapusan ketakajegan dan kesalahan.

* Stephen R. Toulmin “As a discipline, the philosophy of science attempts, first, to elucidate the elements involved in the process of scientific inquiry observational procedures, patens of argument, methods of representation and calculation, metaphysical presuppositions, and so on and then to veluate the grounds of their validity from the points of view of formal logic, practical methodology and metaphysics”.
(Sebagai suatu cabang ilmu, filsafat ilmu mencoba pertama-tama menjelaskan unsur-unsur yang terlibat dalam proses penyelidikan ilmiah prosedur-prosedur pengamatan, pola-pola perbinacangan, metode-metode penggantian dan perhitungan, pra-anggapan-pra-anggapan metafisis, dan seterusnya dan selanjutnya menilai landasan-landasan bagi kesalahannya dari sudut-sudut tinjauan logika formal, metodologi praktis, dan metafisika).

Berdasarkan pendapat di atas kita memperoleh gambaran bahwa filsafat ilmu merupakan telaah kefilsafatan yang ingin menjawab pertanyaan mengenai hakikat ilmu, yang ditinjau dari segi ontologis, epistemelogis maupun aksiologisnya. Dengan kata lain filsafat ilmu merupakan bagian dari epistemologi (filsafat pengetahuan) yang secara spesifik mengakaji hakikat ilmu, seperti :

* Obyek apa yang ditelaah ilmu ? Bagaimana ujud yang hakiki dari obyek tersebut? Bagaimana hubungan antara obyek tadi dengan daya tangkap manusia yang membuahkan pengetahuan ? (Landasan ontologis)

* Bagaimana proses yang memungkinkan ditimbanya pengetahuan yang berupa ilmu? Bagaimana prosedurnya? Hal-hal apa yang harus diperhatikan agar mendakan pengetahuan yang benar? Apakah kriterianya? Apa yang disebut kebenaran itu? Adakah kriterianya? Cara/teknik/sarana apa yang membantu kita dalam mendapatkan pengetahuan yang berupa ilmu? (Landasan epistemologis)

* Untuk apa pengetahuan yang berupa ilmu itu dipergunakan? Bagaimana kaitan antara cara penggunaan tersebut dengan kaidah-kaidah moral? Bagaimana penentuan obyek yang ditelaah berdasarkan pilihan-pilihan moral ? Bagaimana kaitan antara teknik prosedural yang merupakan operasionalisasi metode ilmiah dengan norma-norma moral/profesional ? (Landasan aksiologis). (Jujun S. Suriasumantri, 1982)